Ucup benar-benar tergoda untuk pulang. Namun, memangnya ke mana dia mau pulang? Memangnya dia punya rumah? Atau memangnya ada orang yang cari dia? Mau di Jakarta atau Surabaya, semua sama saja di mata seorang gembel. Akhirnya Ucup pun berkeliaran di Surabaya, mencoba melupakan rasa sakit hatinya....
“MAU PULANG! POKOKNYA MAU PULAAAANNNGGG!!!” Ucup merengek sampai-sampai mengakibatkan kaskus overpost. Area Surabaya benar-benar tak nyaman untuknya. Dia tak tahu harus tidur di mana, looting nasi Jumat di mana, juga tak tahu kaskuser mana yang bisa membantunya saat terpojok. Dia mau pulang, ...
“Pak, aku ….” “Apa?” “Aku … nggak kok Pak. Bapak mau kopi? Biar aku buatin.” Ucup menelan kembali apa yang tadi hendak dia ucapkan. Dia ingin kembali ke Jakarta, tapi akal sehat menguasainya. Tak ada apa pun yang menunggunya di Jakarta. Dia tak akan bisa sukses hanya karena dia in...
“Pak, aku … mau balik ke Jakarta.” Ucup melihat mata bapaknya yang tak lag bercahaya seperti dulu. Ucup tahu ayahnya sudah tak muda, tapi tetap saja Ucup mengumpulkan keberanian untuk meminta ijin merantau. “Memangnya kenapa harus Jakarta, Maulana?” “Maulana rasa kesempatan sukses cum...
Mendengar kata pinjol membuat Ucup menggeleng keras-keras. “Nggak! NGGAK! Cukup!” Langsung dia menghapus aplikasi slot jahanam itu dari ponselnya. Entah setan apa yang sudah merasukinya, tapi dia akhirnya sadar kalau dia cuma membakar uangnya sia-sia. Rasanya seperti terhipnotis. Ya, dia past...
Bagai kerbau dicucuk hidungnya Ucup pun mendaftar pinjaman yang jelas-jelas merugikan itu. Tak apalah rugi sekarang. Dia cuma perlu menang dan bayar semua hutangnya. Namun yang menunggunya cuma kalah, kalah, dan kalah. Entah ke mana perginya dewi keberuntungan, seluruh uang yang Ucup pinjam ludes s
Ucup sudah merasa nyaman di kosan. Tak perlu khawatir hujan, tak perlu khawatir lapar. Namun, apa benar hidup seperti ini yang dia mau? Berapa lama dia akan menghabiskan hidupnya di tempat ini? Akhirnya Ucup pun mengambil tawaran kerja ke Kalimantan. Mungkin tanah Jawa memang bukan tanah surga bagi
Patah hati ditolak Dita membuat Ucup uring-uringan. Makan tak sedap, c0li tak sagne. Rasanya tak ada apa pun kenikmatan hidup yang bisa menembus kulitnya. Karena itulah dia menolak tawaran kerja ke Surabaya. Toh apa gunanya kerja kalau tak ada cinta yang ingin dia bahagiakan? Pagi siang malam Ucu...
Akhirnya Ucup pun memilih kabur dari perasaannya sendiri. Selamat tinggal Jakarta, selamat tinggal Dita. Ucup memilih mengejar peruntungan ke Surabaya. “Naik bus aja ke Surabaya. Nanti sampai di stasiun cari aja Cak Dodik, biar dia yang langsung ngantar ke tempat kerja.” Berulang kali Ucup me...
“Maaf ya Pak, tapi Maulana udah janji bawa mersi ke kampung. Doakan aja Maulana. Pasti Maulana sukses!” Bukannya tak rindu, Ucup malu kalau pulang ke kampung dengan keadaan seperti ini. Bertahun-tahun menghilang tanpa kabar, pulang cuma bawa malu. Apalagi kalau tetangga tahu kisah gembelnya. ...
Ucup kembali mengingat-ingat memori indah selama hidup di Jakarta. Entah mengapa Ucup tak merasa bahagia. Dia tak ingat kapan dia terakhir merasa bahagia. Hidupnya di sini cuma penuh derita. Dia rindu masa-masa kecil saat dia bebas bermain mengejar layangan di kampung dulu. “Iya Pak. Pulang pun...
“Ooh.” Ucup mengangguk lalu segera pergi meninggalkan pria itu. Berita orang rugi ratusan juta karena slot sudah bertebaran di mana-mana. Ucup tak sebodoh itu untuk tertipu. “Eh? Bang Ucup! Mau foto lagi Bang?” Ucup mengenali orang itu. Sudah beberapa kali Ucup mengajaknya foto bersama un...
Siapa yang tak mau kaya dengan cepat? Keinginannya yang menggebu-gebu untuk punya mersi dan istri membuat Ucup akhirnya menerima tawaran untuk ikut main. Awalnya dia cuma bermain kecil, cuma beberapa puluh ribu, dan dewi keberuntungan tersenyum padanya. Ucup selalu bertanya-tanya kenapa dirinya t...